irja

Selasa, 19 April 2011

Kesempurnaan Bahasa Al-Qur’an (Ulasan Singkat)


Oleh: Hendar Ali Irawan

Diskursus Pengantar
A. Prolog
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang paling sempurna dan paling mulia dimuka bumi ini. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab karena bahasa yang paling pasih, yang paling jelas, yang paling kaya bahasa dan paling banyak (berpengaruh) sampai kepada diri setiap individu dibandingkan bahasa lainnya. Oleh sebab itu al-Qur’an diturunkan sebagai kitab yang paling mulia dengan bahasa yang paling mulia diturunkan kepada Rasul yang paling mulia melalui pelantara malaikat yang paling mulia serta diturunkan (awalnya) di bulan yang paling mulia, sehingga al-Qur’an menjadi sesuatu yang paling mulia diseantero jagat raya.
Dalam pembahasan kali ini pemakalah ingin mengupas sedikit masalah korelasi antara al-Qur’an dan bahasa arab. Pemakalah yakin makalah ini sangat dangkal dalam membahas masalah tersebut oleh sebab itu pemakalah memilih tema judul diatas sebagai bukti bahwa makalah ini membahas secuil tentang masalah bahasa al-Qur’an.

B. Keistimewaan bahasa arab
Allah memilih bahasa arab sebagai bahasa al-Qur’an kitab terakhir yang diturunkan kepada umat manusia yang memiliki berbagai banyak bahasa dan dialektika yang bermacam-macam. Hal ini menunjukan bahwasannya bahasa arab adalah bahasa yang memiliki keutamaan dan keistimewaan dibanding bahasa-bahasa yang lain. Diantara keistimewaan bahasa arab diantaranya ketika seseorang meluruskan atau menguasi bahasa arab maka secara tidak langsung seseorang itu telah menguasai bahasa non arab, dan tidak sebaliknya. Contoh lain dari keistimewaan bahasa arab yaitu ketika seseorang dibesarkan dengan bahasa arab dan tumbuh dilingkungan arab maka seseorang itu pada masa depan lidahnya akan terbiasa dengan huruf, kalimat dan susunan katanya terhadap bahasa non arab.
Dari kedua contoh diatas menunjukan bahwasannya keistimewaan bahasa arab dibandingkan bahasa selainnya, hal ini disebabkan karena bahasa arab sendiri pemakaiannya kembali kepada sound track dan perangkat pengucapan manusia. Apabila dibandingkan dengan bahasa lain maka bahasa arablah yang paling sempurna, paling universal dan paling tepat. Dalam kitabnya Syekh Abbas al-Aqqod menjelaskan, perangkat pengucapan manusia adalah alat musik yang sempurna. pemakaian perangkat pengucapan manusia tidak akan sempurna pemakaian kecuali oleh bangsa arab .
Ketika seseorang mengucapkan bahasa arab maka suaranya akan memenuhi jumlah makhorijul huruf (tempat keluar huruf) yang tidak akan tercampur dan terulang karena tekanan suara. Diantaranya bahasa arab yang tidak dimiliki oleh bahasa lain adalah huruf
الضاء و الظاء و العين والقاف والحاء و الطاء
Ada kalanya huruf-huruf ini dipakai oleh bahasa selain arab akan tetapi keadaannya sudah berubah, bercampur dan tidak murni lagi tekanannya dari segi makhorijul huruf.

C. Filsafat bahasa arab
Perhatian kita kepada bahasa arab berati perhatian kita terhadap al-Qur’an dan berarti pula perhatian kita kepada hadist nabawi. Menurut para ahli bahasa, pada dasarnya bahasa membentuk karakter integritas pikiran. Selama seseorang memiliki kapabilitas bahasa maka dengan sendirinya akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Dengan demikian ketika kita mendalami bahasa arab maka hal ini mempengaruhi integritas kita dalam pemikiran yang lurus, berpengaruh dalam proses memahami al-Qur’an, i’jazul qur’an serta bacaan al-Qur’an. Pemikiran yang lurus adalah pemikiran yang inklusif yang memiliki kreatifitas tanpa batas. Ketika pemikiran kita lurus maka bertambah pula kreatifitas yang tidak menyalahi syari’at (bid’ah). Sebaliknya ketika pemikiran kita membengkok maka akan menimbulalkan bid’ah bukan kreatifitas.
Apabila kita berbicara tentang filsafat bahasa, maka kita akan menemukan 2 istilah:
 Bahasa yang sakral (اللغة القدسية)
 Pensakralan bahasa (قدسية اللغة)
Bahasa yang sakral adalah bahasa yang dipakai dalam nash-nash yang suci dan bahasa ini terbatas. Seperti kitab taurat yang ditulis dengan bahasa Ibrani, kitab injil yang ditulis dengan bahasa Suryaniyyah (Syiria) yang menggunakan dialektik Aram ((الأرامية, kitab vida (kitab suci orang hindu) ditulis dengan bahasa sansekerta (bahasa hindu lama) dan adapun al-Qur’an ditulis dengan bahasa arab. Kitab-kitab ini adalah kitab suci menurut pandangan manusia dan sebagian manusia menganggap sakral bahasa kitab suci tersebut. Oleh sebab itu ketika kita menganggap bahasa sakral, maka kita harus kembali kepada spesifik dan anturan-aturan bahasa untuk memahami kitab suci tersebut. Kalau kita perhatikan sejarah bahwasannya bahasa itu hidup dan berkembang sesuai apa yang diungkapkan oleh al-Jahidz . Beliau mengungkapkan bahwa bahasa itu mempunyai metode dan gaya dalam pengucapannya, orang yang hidup pada zaman pra-Islam berbeda dengan orang yang hidup pada zaman Islam dan berbeda dengan orang yang hidup pada abad ke-5 dan seterusnya. Karena tiap kaum berbicara dengan metode yang berbeda dengan kaum lainnya walaupun satu bahasa. Oleh sebab itu maka pada hakikatnya bahasa tidak ada yang suci yang disebut dengan istilah allughoh almuqoddasah.
Seluruh ulama sepakat adanya perbedaaan antara lughoh muqodasah dengan qudsiyyatullughoh. Sebagai contoh bahasa Amru Qois berbeda dengan bahasa sekarang walaupun bahasanya sama yaitu bahasa arab. Pada dasarnya syair-syair Amru Qois sama berasal dari kosa kata bahasa arab yang sama pada masa kini akan tetapi belum tentu semua orang paham. Hal ini senada apa yang dikatakan oleh al-Jahidz, bahwasannya bahasa berkembang seiring berjalannya waktu termasuk bahasa arab. Akan tetapi berkembangnya bahasa arab secara umum berbeda dengan bahasa yang ditulis dalam nash al-Qur’an karena bahasa al-Qur’an sifatnya konstan tidak berubah. Dengan kata lain bahasa arab yang ada dalam al-Qur’an yaitu qudsiyyatullughot.

D. Al-Qur’an dan bahasa arab
Menurut Syekh Nuruddin Ali Jum’ah mengatakan bahwasannya al-Qur’an memiliki sekitar 60.060 kata dan akar kosakata tersebut sekitar 1.810 kata. Akar kosakata tersebut terdiri dari fi’il madhi’ dan isim ‘alam seperti kata Ibrahim, Ismail, Idris, dan lain-lain. Adapun kosakata hadist menurut beliau berjumlah 3.600 kata berarti kosakata hadist lebih sedikit dibanding al-Qur’an. Sesuatu yang menakjubkan yakni 1.800 kata yang ada di dalam al-Qur’an termasuk di dalam 3.600 kata yang ada dalam hadist. Apabila disatukan antara al-Qur’an dan hadist maka jumlah akar katanya adalah 3600 kata, jadi kata yang ada di dalam al-Qu’an ada pula di dalam hadist nabawi .
Kalau kita berbicara masalah akar kata bahasa arab berarti kita kembali kepada kamus bahasa arab. Beliau menambahkan, kalau kita kembali kepada kamus al-muhith maka kita akan menemukan seluruh jumlah akar kata bahasa arab. Jumlah akar kata dalam kamus tersebut sekitar 40.000 kata. Maka dengan demikian akar kata al-Qur’an dibandingkan dengan akar kata seluruh bahasa arab 40.000 : 3.600 kosakata. Jadi bahasa al-Qur’an tidak melebihi bahasa arab secara keseluruhan.
Sebanyak 90% inilah yang mengalami perubahan sesuai apa yang dikatakan oleh al-Jahidz, bahwasannya seluruh bahasa mengalami perkembangan dan perubahan termasuk bahasa arab yang 90 % ini dan sisanya yang 10 % tidak mengalami perubahan.
Maka barang siapa yang ingin menguasai bahasa arab, langkah awal adalah menguasai bahasa al-Qur’an. Barang siapa yang ingin menguasai bahasa arab tanpa mempelajari al-Qur’an maka akan menjadi halangan besar. Akhirnya barang siapa yang memperdalam al-Qur’an maka secara tidak langsung dia telah memperdalam bahasa arab.

E. Lafadz al-Qur’an yang selain bahasa arab
Perbedaan merupakan sunatullah yang ada di muka bumi ini, setiap sesuatu yang ada di muka bumi ini berbeda dengan yang lainnya. Begitupun dalam masalah ini, mengenai masalah ini para ulama ahli tafsir berbeda pendapat ketika menjawab pertanyaan, apakah di dalam al-Qur’an terdapat bahasa selain arab? Jawabannya para ulama berbeda pendapat, diantaranya:
1. Ada yang berpendapat bahwasannya lafadz yang terdapat di dalam al-Qur’an seluruhnya adalah bahasa arab dan tidak ada arabisasi dalam al-Qu’an karena seluruhnya adalah bahasa arab asli. Yang berpedapat seperti ini diantaranya adalah: Imam Syaf’i ra, Ibnu Jarir at-Thobari, Abu Ubaidah, al-Qhodi Abu Bakar dan Ibnu Faris. Mereka mengambil dalil dengan ayat al-Qur’an:
     
Artinya: Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Ayat diatas menunjukan bahwasannya al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab dan dengan lisan bangsa arab, tidak dengan bahasa asing maupun lisan asing. Barang siapa yang ingin memahami al-Qur’an maka harus menguasai bahasa arab tidak ada jalan lain kecuali dengan hal itu. Imam Syatibi tidak mempermasalahkan tentang sumber suatu lafadz akan tetapi beliau menegaskan kalau seandainya suatu lafadz dikatakan oleh bangsa arab dan dipahaminya maka lafadz tersebut itu termasuk bahasa arab.
Walaupun beliau mengakui di dalam al-Qur’an terdapat lafadz yang bersumber dari bahasa asing akan tetapi kalau makhorijul huruf dan sifat-sifat hurufnya sama dengan bahasa arab maka beliau menganggap lafadz tersebut bahasa arab. Sebagai contoh: lafadz
تنور- صابون
Kedua lafadz itu ada didalam bahasa arab dan non arab dan maknanya sama . Di ayat lain Allah berfirman:
           ....
Artinya: Dan Jikalau kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab...?
Berkata Abu Ubaidah Ra: Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dengan lisan arab, barang siapa yang menganggap al-Qur’an diturunkan selain bahasa arab maka ia telah berbohong dan dosa besar. Imam Syafi’i ra berkata: Tidak ada yang lebih menguasai bahasa kecuali nabi . Ibnu Jarir ra menambahkan: Yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas dan selainnya dari tafsir lafadz al-Qur’an, bahwasannya mereka menafsirkan al-Qur’an dengan bahasa Persia, Habsyah (sekarang Etiopia), Nabtiyyah dan lain sebagainya. Mereka sepakat bahwasannya bahasa-bahasa itu bertemu dan menjadi satu makna.
Menurut Ibnu Athiyah bahwasannya al-Qur’an terdapat lafadz berasal dari bahasa asing yang ter-abisasi sehingga jadilah bahasa arab. Dulu pada zaman turunnya al-Qur’an bahasa arab telah tercampur dengan berbagai bahasa asing, melalui perantara perniagaan kaum Quraisy, seperti ekspedisi Musafir bin Abu Amr ke Syam atau ekspedisi Umar bin Khotob, Amr bin Ash dan ‘Imarah bin Walid ke Habsyah dan lain sebagainya.
Dr. Abdurrahman Badawi menegaskan di dalam kitabnya addifa’ ‘anilqur’an dhiddu muntaqidih, beliau menjelaskan bahwasannya kalau seandainya al-Qur’an diturunkan dengan bahasa selain arab maka Rasulullah wajib mengetahui bahasa tersebut. Akan tetapi kalau kita memperhatikan sejarah, maka tidak ada satu sejarawan pun yang memastikan bahwasannya Rasulullah paham bahasa selain bahasa arab walaupun beliau memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu beliau menguatkan pendapatnya, bahasa ibrani dan bahasa suryaniyah bermuara kepada bahasa samiyah (Semitik ) oleh sebab itu mungkin saja diantara ketiga bahasa itu terjadi kemiripan dan kesamaan. Adapun dalam masalah isim ‘alam (nama manusia) tidak ada perbedaan dikalangan mayoritas ulama. Mereka berpendapat bahwasannya isim ’alam yang terdapat di dalam al-Qur’an bukan berasal dari bahasa arab seperti kata: Ibrohim, Isroil, Jibril, Imron, Nuh dan Luth .
2. Pendapat ulama kedua mengatakan adanya bahasa selain arab dalam al-Qur’an. Ulama kedua ini mengambil dalil dengan membatah dalil ulama pertama. Mereka mengatakan:
(قرآنا عربيا) يوسف2
Maksud dari ayat diatas bahwasannya kata yang ringan yang bukan bahasa arab yang sesungguhnya kata tersebut tidak keluar dari koridor bahasa arab. Sebagai contoh qosidah ataupun syair-syair Persia tidak keluar dari tatanan bahasa arab.
(أأعجمي و عربي) فصلت: 44
Maksud dari ayat ini adalah: apakah perkataan asing atau mukhotob (orang yang diajak bicara) arab?.
Disamping itu ulama kedua ini juga berpendapat bahwasannya di dalam al-Qur’an terdapat lafadz isim alam yang tidak boleh masuk tashrif, contohnya: ابراهيم
Imam Suyuthi menyebutkan dalam kitabnya sekitar 117 lafadz al-Qur’an yang bukan berasal dari bahasa arab. Dibawah ini contoh dari lafadz al-Qur’an yang berasal dari bahasa asing, diantaranya:
1. Lafadz ( (أباريقdiriwayatkan oleh Tsa’labi bahwasannya lafadz tersebut berasal dari bahasa Persia. Adapun Jawaliqy mengatakan lafadz Persia yang sudah ter-arabisasi. Maknanya pengaliran air ke tempat yang lebih rendah atau saluran air.
2. Lafadz ( (جنات عدنdiriwayatkan oleh Ibnu Abbas, beliau bertanya kepada Ka’ab tentang makna lafadz tersebut. Ka’ab menjawab:
جنات كروم وعدن بالسريانية
3. Lafadz (فردوس) diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Mujahid, berkata: firdaus adalah nama taman di daerah bangsa Romawi, asalnya فرداسا
4. Lafadz (يس)Diriwayatkan oleh ibnu Marduwiyah dari Ibnu Abas, bahwa maksud dari lafadz tersebut berasal dari bahasa Habasyiah (sekarang: Etiopia) maknanya: ياانسان adapun menurut yang lainnya adalah berasal dari bahasa Syam yaitu
يا رجل
5. Lafadz (السجيل)diriwayatkan oleh Al-Faryabi dari Mujahid, berkata: lafadz tersebut adalah bahasa Persia. Makna pertamanya adalah baru dan menjadi tanah.

Dalam masalah ini pemakalah sependapat dengan apa yang diungkapkan oleh Abu Ubaid al-Qosim bin Salam, beliau berkata: Barang siapa yang berkata bahwa al-Qur’an seluruhnya berbahasa arab, hali ini benar. Disamping itu beliau juga berpedapat barang siapa yang mengatakatan al-Qur’an terdapat lafadz yang sumbernya dari bahasa selain arab maka ini benar pula. Beliau berdalil, bahwasannya ada lafadz yang bersumber dari bahasa asing akan tetapi bentuk dan gaya bahasanya sudah ter-arabisasi maka bentuknya sudah menjadi arab walaupun sumbernya dari bahasa asing .
Pendapat seperti ini senada dengan pendapatnya Imam Jawaliqo, Ibnu Jauzi dan lainnya. Dr. Muhammad Muhammad Daud menegaskan bahwa seluruh lafadz yang ada di dalam al-Qur’an adalah bahasa arab kecuali ada beberapa lafadz yang bukan bahasa arab seperti isim ‘alam (nama manusia) .

F. Syubhat mengenai penamaan al-Qur’an
Di abad modern ini telah banyak syubhat-syubhat yang bermunculan dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin terlebih fitnah yang ditujukan kepada al-Qur’an sebagai kitab rujukan utama kita. Diantara syubhat yang mereka torehkan masalah penamaan kitab suci kita yakni al-Qur’an dan al-furqon.
Mereka beranggapan bahwasannya kata al-Qur’an sendiri berasal dari bahasa suryaniyah (Syiria) dan penamaan al-furqon berasal dari bahasa ibrani. Menurut para orientalis ini bahwasannya al-furqon itu berasal dari bahasa ibrani yang berarti mukholis/ munajji (yang menyelamatkan dan membebaskan). Adapun kata al-Qur’an berasal dari kata قريانا bahasa Suryaniyah yang “berarti bacaan yang suci”. Dan mereka beranggapan bahwa bahwa kalimat isi sesuai dengan timbangan kata فعلان .
Dr. Muhammad Muhammad Daud membantah orang yang beranggapan demikian. Karena pada dasarnya nama al-Qur’an dan al-furqon tidak dapat diragukan lagi yang bersumber dari bahasa arab. Kalau kita kembali kepada ilmu nahwu dan shorof, maka tentu kita akan menemukan asli dari kata al-Qur’an dan al-furqon. Allah berfirman:
  •      • 
Mengambil dalil dengan ayat ini bahwaannya jelas penamaan al-furqon diambil dari ayat al-Qur’an. Menurut Roghib al-Ashfahani makna alfurqon di diantaranya, hari perang badar dan kitab pemisah antara yang benar serta yang salah .
فرق بين القوم : أحدث بينهم فرقة و بين المتشابهين : ميز بعضها من بعض . الفاروق : ما يميز بين أمر و أخر . أو ما يفرق بين الحق و الباطل
Kata alfurqon bentuknya masdar setimbang dengan kata alqur’an, begitupun dengan kata al-Qur’an terdapat di dalam ayat:
•       •  
Kalau kita merujukan kepada kamus bahasa arab, maka kita akan menemukan asal kata tersebut. Oleh sebab itu maka batal orang yang mengatakan bahwa penamaan kitab suci umat Islam berasal dari bahasa selain al-Qur’an.
Disamping itu beliau sangat menghormati orang yang mengatakan bahwasannya penamaan al-Qur’an dan alfurqon bukan bahasa arab. Kalau pun demikian beliau meyakini bahwasannya bahasa arab, bahasa ibrani dan suryani berasal dari satu bahasa yaitu bahasa Semitik. Jadi sampai sekarang ketiga bahasa tersebut banyak kesamaan karena dari satu sumber yang sama.

G. Epilog
Demikian pembahasan pada kajian kali ini, semoga persembahan pemakalah ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan kita semua. Pemakalah yakin dalam pembahasan ini banyak sekali kekurangannya disebabkan karena dangkalnya pengetahuan, waktunya yang terbatas dan lain sebagainya. Walaupun demikian pemakalah sangat optimis semoga dengan sadarnya akan kekurangan ini, pemakalah bisa meningkatan kualitas keilmuannya dimasa yang akan datang. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa selalu berada di garda terdepan untuk mengembangkan dan menjaga khasanah keislaman, amin. Wallahu ‘alam bishowab,..


H. Referensi
• Al-Qur’an terjemah
• Suyuthi, Imam, al-Itqon Fi ‘Ulumil Qur’an, Dar el-Hadist, Kairo, 2006
• Jum’ah, Ali, Syekh, Wa Qolal Imam: al-Mabadi al-Udzma, Al-Wabil as-Shoid, Kairo, 2010
• Zarzur, Muhammad, Adnan, Madkhol ila Tafsiril Qur’an wa ‘Ulumih, Dar el-Qalam, Damaskus, 1998
• Daud, Muhammad, Muhammad, Kamallulugot al-‘Arabiyyah, Dar el-Manar, Kairo, 2007
• Syatibi, Imam, Al-Muwafaqot fi Ushulil Fiqh, at-Taufiqiyyah, Kairo, 2003
• Katsir, Ibnu, Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir, Dar el-Shobuny, Kairo, 1999
• Al-Ashfahani, Roghib, Mufrodat Fi Alfadzil Qur’an, el-Fayyadh, Manshurah, 2009
• www.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar