irja

Minggu, 04 April 2010

Tafsir bi al-Ra'yi al-Madzmum

Oleh : Hendar Ali Irawan


A.Pendahuluan

Allah Swt berfirman:

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku,…” (Q.S. Al ‘Araf: 146)

Munculnya tafsir al-Qur'an dimulai sejak zaman Nabi Muhammad Saw sampai pada zaman para pengikut Tabi'in. Pada zaman ini satu sistem yang sama digunakan dalam menafsirkan yaitu dengan cara periwayatan dan sima' (pendengaran). Dengan berjalannya waktu dan berkembangnya kemampuan manusia dalam menyikapi suatu permasalahan maka bertambah pula kemampuan manusia dalam menafsirkan al-Qur'an dengan metode yang lain dan system yang berbeda dari zaman Nabi sampai kepada pengikut Tabi'in. Sampai akhirnya mereka menafsirkan al-Qur'an sesuai dengan kemampuan akal yang mereka miliki dan sampai kepada derajat ijtihad (baca: ijtihad yang diperbolehkan menurut ulama tafsir). Mereka menafsirkan al-Qur'an sesuai dengan kaidah bahasa arab dan kaidah syara' menjaga norma-norma akal dan agama serta kefitrahannya.
Di samping itu mereka yang menjauhkan dari kepentingan pribadi maupun golongan serta menjauhkan dari hawa nafsu mereka. Tafsir yang demikian itu dinamakan tafsir birro'yi al-mahmud yang dibolehkan. Seiring dengan berjalannya waktu tadi muncul pula kelompok-kelompok dan golongan-golongan Islam yang bermacam-macam. Pada zaman tersebut kita dapat menemukan para ulama yang yang membela golongannya sendiri dengan berbagai cara yang mereka tempuh. Termasuk al-Qur'an yang dijadikan objek pertama untuk membela dan membantu kelompok mereka. Mereka menafsirkan al-Qur'an untuk menguatkan pendapatnya dan membela kelompoknya. Mereka menafsirkan sesuai dengan keinginan mereka tanpa menengok kepada kaidah bahasa arab dan kaidah syara'. Kemudian mereka menta'wilkan sesuai selera mereka dan sesuai dengan syahwat mereka. Penafsiran seperti ini keluar dari wilayah tafsir birro'yi al-mahmud dan dinamakan dengan tafsir birro'yi al-madzmum yang para ulama sepakat atas ketidak bolehan dalam menafsirkan seperti ini.
Awal kemunculan kelompok dan golongan yang bermacam-macam seperti ini yang merusak khasanah keislaman yaitu masa daulah Abbasiyyah. Sebenarnya kalau merujuk kemasa khulafaurrosyidin sudah terjadi perpecahan seperti ini terutama pada masa kholifah Usman bin Affan Ra pada masa tahkim, yang awal kemunculan kelompok Syi'ah, Khowarij dan Murji'ah . Maka benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah dalam hadistnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلام : ستفترق أمتى ثلاثا وسبعين فرقة كلها فى النارإلا واحدة وهى ما أنا عليه وأ صحابى
Artinya:
Rasulullah Saw berkata: Umatku akan berpecah belah sampai kepada 73 kelompok dan semuanya itu di neraka, keculai satu kelompok yaitu kelompok yang mengikutiku dan mengikuti Shohabatku.

B. Macam-Macam Tafsir
Kalau kita memperhatikan kitab-kitab tafsir dikarang oleh ulama-ulama yang hidup setelah masa Tabi'in sampai sekarang, maka kita akan melihat berbagai model/ corak penafsiran para ulama tersebut. Saking banyaknya corak tafsir maka para ulama tafsir mengkelompokan kepada beberapa bagian dan mengklasifikasikannya kepada beberapa segi :
Pembagian ditinjau dari segi sumber dalam penafsiran, dibagi menjadi 2 bagian:
1.tafsir bil ma'tsur dan 2. tafsir birro'yi
Pada tafsir birro'yi ini termasuk tafsir birro'yi al-mahmud dan al-madzmum.
Pembagian selanjutnya ditinjau dari segi perluasan dan penyempitan makna dalam tafsir, dibagi menjadi 2 macam juga:
1.tafsir tahlily dan 2. tafsir ijmaly.
Pembagian yang terakhir, ditinjau dari keumuman dan kekhususan judul yang akan dibahas oleh seorang mufassir, dibagi menjadi:
1.tafsir umum dan 2. tafsir tematik.
Pada kesempatan ini penulis hanya akan menjelaskan satu macam tafsir saja yaitu tafsir birro'yi al-madzmum. Adapun menurut menurut Ibnu Abbas Ra bahwasannya tafsir dibagi menjadi 4 macam :
1. Tafsir orang awan yang dengan kebodohannya tidak menjadi penghalang dalam memahami makna ayat. Seperti makna halal dan haram dalam ayat:

“… dan Allah telah menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba,…” (Q.S. Al-Bqarah : 275)

Barang siapa yang membaca atau mendengar ayat ini baik orang awan ataupun orang yang berilmu maka otomatis dia akan mengetahui yang namanya jual beli itu halal dan riba haram.
2. Tafsir yang diketahui oleh orang arab karena maknanya sama dengan bahasa yang mereka pakai. Seperti makna kitab sudah otomatis dipikiran mereka yang namanya kitab kumpulan dari kertas-kertas.
3. Tafsir yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama, hal ini terjadi pada ayat yang tidak ada periwayatan secara shohih. Kalau seandainya ada periwayatan maka para ulama tidak bisa menafsirkan secara langsung. Tafsir semacam ini hanya terjadi pada tafsir biddiroyah dengan mengambil istimbath hukum syar'iyyah dari ayat, mengambil tarjih dari segi makna ayat yang mempunyai banyak makna, dan lain sebagainya. Penafsiran semacam ini hanya diperbolehkan bagi ahlul dzikr mempunyai ilmu yang mempuni dalam menafsirkan al-Qur'an.
4. Tafsir yang tidak diketahui maknanya kecuali Allah Swt (ayat mutasyabihat).
Allah Swt brfirman:
              •                        •            

Seperti firman Allah:
)    ) dan (      )
Dan masih banyak banyak lagi dari sifat khobariyyah yang tidak diketahui maknanya kecuali Allah. Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Imam Malik Ra dan bertanya tentang makna dari ayat     maka Imam Malik menjawab:
الإستواء معلوم والكيف مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدع
Hakikat istawa-Nya Allah di arsy, hakikat tangan-Nya, hakikat wajah-Nya, dan lain sebagainya. Semua itu kita tidak diketahui makna yang benar dan tidak ada cara untuk mempelajarinya karena hakikat semuanya hanya Allah yang mengetahui. Adapun tujuan disebutnya ayat-ayat seperti itu dimaksudkan untuk menguji hamba-Nya yang benar-benar beriman. Berbeda dengan ahlul bida' mereka mentakwilkan ayat-ayat seperti itu sesuai keinginan mereka tanpa melihat kaedah bahasa yang benar dan tanpa memperhatikan timbangan syara'. Seperti kelompok Jahmiyyah, Qoromithoh, Rofidhoh dan lain sebagainya.

C. Pengertian tafsir birro'yi al-madzmum
Sebelum kita memasuki pengertian tafsir birro'yi al-madzmum secara khusus maka kita harus mengetahui pengertian tafsir birro'yi secara umum. Menurut Syekh Yusuf Qordhowi tafsir birro'yi kebalikan dari tafsir bilma'tsur, nama lain dari tafsir birro'yi adalah tafsir biddiroyah. Lebih lanjut beliau menjelaskan yang dimaksud arro'yu disini adalah ijtihad, mempergunakan akal dan dengan akalnya itu seseorang bisa mengetahui makna al-Qur'an serta memahaminya tanpa keluar dari koridor pengetahuan bahasa arab dan kaedah dalam menafsirkan. Di samping itu seorang mufassir harus memiliki kapabilitas dan mempunyai perangkat untuk menjadi seorang mufassir yang baik dan benar.
Tafsir birro'yi al-madzmum adalah penafsiran al-Qur'an yang menggunakan kemampuan pribadi yang tidak memenuhi syarat-syarat dalam menafsirkan dan tidak pula menggunakan ilmu-ilmu untuk menjadi seorang mufassir serta tidak memperhatikan peraturan yang ada dalam menafsirkan .
Menurut Syekh Az-Zarqoni penafsiran seperti ini dinamakan tafsir ahlul ahwa wal bida' .

D. Metode penafsiran ahlul bida'.
Dicontohkan oleh Syekh Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya bahwasannya diantara ahlul bida adalah kaum Mu'tazilah, Khowarij. Rowafidh. Jahmiyyah, Qodariyyah, Murji'ah dan lain-lain. Beliau lebih lanjut menjelaskan dalam kitabnya bahwa kaum yang disebutkan diatas menpunyai 2 metode dalam menjelaskan ayat al-Qur'an, yaitu:
1. Mereka merusak dari segi lafadznya sesuai apa yang mereka inginkan.
2. Merusak dari segi makna ayat dengan mengalihkan dari makna aslinya.
Seringkali mereka selalu menyandarkan segala urusannya kepada al-Qur'an akan tetapi mereka menta'wilkan sesuai pendapat mereka tanpa menengok kepada timbangan tafsir yang benar. Terkadang mereka mereka mengambil dalil dari al-Qur'an untuk menguatkan kelompok mereka dan terkadang mereka menta'wilkan untuk melawan musuh golongannya. Contoh dari ayat-ayat al-Qur'an yang mereka maknai:
     
Yang dimaksud dhomir huma adalah: Abu Bakar dan Umar.
   
Yang dimaksud adalah Ali' dan Fatimah.
    
Maksudnya: Hasan dan Husain
      (1)   (2)   (3)    (4)
Maksudnya:(1) Abu Bakar (2) Umar (3) Usman (4) Ali.
    
Maksudnya: Tholhah dan Zubair.
(Mudah-mudahan kita terjauhkan dari penafsiran yang seperti ini,al'iyadzu billah)

E. Kitab-Kitab Tafsir Birro'yi al-Madzmum
Perpustakaan Islam sangat menjauhkan dan terjaga dari kitab-kitab tafsir birro'yi al-madzmum yaitu kitab tafsir atas produk dari selera dan hawa ahlul bid'ah serta didasari oleh fanatik golongan. Pengikut dari satu golongan hanya mengikuti akidah serta kepentingan yang mereka anut saja tanpa melihat pada kemaslahatan orang banyak. Berikut ini contoh kitab-kitabnya tafsir birro'yi al-madzmum :
- Tafsir mu'tazilah
1.Tanzihul qur'an anil matho'in, pengarang: Qodi Abdul Jabbar yang wafat pada tahun 415 h.
2.Amali as-syarief al-murtadho, pengarang: Abu Qosim, Ali' bin Thohir bin Abu hmad Husain.
3.Al-Kassyaf an haqoiq at-tanzil wa uyunul aqowil fi wujuhit ta'wil, pengarang: Syekh Zamakhsyari wafat 538 h. Dalam menyikapi tafsir ini para ulama terbagi menjadi 2 bagian, ada yang mengatakan bahwasannya Tafsir Zamakhsyari ini termasuk tafsir mu'tazilah yang menggunakan ro'yul madzmum, para ulama golongan ini menolak Tafsir Zamakhsyari. Golongan ulama lain berpendapat bahwasannya meskipun tafsir Zamakhsyari ini termasuk tafsir Mu'tazilah akan tetapi tidak termasuk tafsir birro'yi al-madzmum. Mereka beralasan karena tafsir tersebut sesuai timbangan tafsir yang lain dan lebih banyak faedah serta manfaatnya .
- Tafsir Syi'ah Imamiyah Istna Asyriyyah
1. Majma'ul bayan li ulumil qur'an, pengarang Abu 'Ali al-Fadl bin al-Hasan al-Thobrosi wafat pada tahun 538 h.
2. As-Shofi fi tafsiril qur'anil karim, pengarang: Mala Muhsin al-Kaasyi wafat pada akhir abad ke-11 h.
- Tafsir Syi'ah Azzaydiyyah
1. Fathul Qodir, pengarang: Muhammad bin Syaukani wafat pada tahun 1250 h.
2. Tafsir 'atiyyah bin Muhammad an-Najrani az-Zaydi wafat pada tahun 665 h. Syekh Ibnu Nadim dalam kitabnya al-fihrisat mengatakan: ada yang mengatakan bahwa tafsir tersebut termasuk tafsir yang sholih dan agung karena didalamnya terdapat kumpulan ilmu-ilmu Syi'ah Zaidiyyah dan disamping itu Zaidiyyah adalah salah satu kelompok Syi'ah yang paling adil dibanding kelompok Syi'ah yang lainnya.
- Tafsir Khowarij al-Abadhiyyah
1. Hamyanuzzadi ila dari ma'ad, pengarang: Muhammad Yusuf Ithfisy wafat pada tahun 1332 h.
2. Tafsir Hud bin Muhkam al-Hawarie beliau adalah salah satu ulama di abad ke-3 h. Tafsir ini populer dan banyak dipakai oleh orang Syi'ah di negara Maroko.

F. Penutup
Demikianlah tulisan singkat seputar tafsir birro'yi al-madzmum. Apa yang pembahas paparkan diatas hanya sekedar pengantar sebenarnya masih banyak lagi kitab-kitab yang berhubungan dengan pembahasan di atas. Namun apalah daya dan kekuatan, hanya ini kemampuan pembahas disamping waktu, tempat dan maroji' yang terbatas. Mudah-mudahan tulisan yang sedikit dan sederhana ini bisa bermanfaat terlebih bagi pembahas pribadi yang baru mulai belajar serius umumnya bagi teman-teman kajian "AKTIF" yang selalu aktif dan semangat tanpa batas. Jazakumullah ahsanal jaza'



Kamis, 11 Maret 2010
























Referensi:
1. Dzahabi, DR.Muhammad Husen, At-tafsir Wal Mufassirun, Dar el-Hadist, Cairo, 2005
2. Dzahabi, DR. Muhammad Husen, Buhust Fi ulumittafsir, Dar el-Hadist, Cairo, 2005
3. Kementerian Wakaf Mesir, Al-Mawsu'ah al-Qur'aniyyah al-Mutakhosisoh, Cairo, 2009
4. Qordhowi, DR. Yusuf, Kayfa Nata'amal Ma'al Qur'an, Dar as-Syuruq, Cairo, 2009
5. Azzarqoni, Muhammad Abdul Adzim, Manahilul Irfan, Dar el-Hadist, Cairo, 2001
6. Ibnu Taimiyyah, Syekh al-Islam, Muqoddimah at-Tafsir, Dar Ibnu Hazm, Cairo, 2009
7. Abu Hasyim, DR.Abdul Badi' Muhammad, Min Ahkamil Usroh wal Mujtama' fi Qur'anil Karim, Ushuluddin, Cairo.
8. Al-Qur'an terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar