irja

Kamis, 30 Desember 2010

Intropeksi Ditahun Baru

Menggali Arti Mubham

Oleh : Ahda Sabiela
A. Pendahuluan.

Segala puji syukur hanya kepada Allah Swt semata sang pencipta semesta, Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah merubah dunia menuju kesempurnaan.
Al-qur’an merupakan pedoman hidup bagi 1,6 milyar umat muslim didunia saat ini, didalamnya mengandung banyak misteri yang belum terpecahakan sehingga banyak dari para ulama, ilmuwan, peneliti berusaha menyajikan pecahan puzzle yang masih tersembunyi dibalik kalam ilahi. Diatara puzzle yang ada yaitu mubham , apakah mubham tersebut, bagaimana cara mengungkapkannya? Tulisan ini ingin mengajak pembaca untuk berkenalan dengan mubham dan menelusuri apa didalamnya.
Urgensi dalam ilmu mubham telah difikirkan sejak zaman sahabat , hal tersebut tertuang dalam hadist :
قال‏:‏ وقد روي عن عكرمة مولاي ابن عباس رضي الله عنه أنه قال‏:‏ طلبت أسم الذي خرج من بيته مهاجرا إلى الله ورسوله ثم أدركه الموت أربع عشر سنة حتى وجدته ‏
Hadist diatas menunjukkan bahwasanya ilmu mubham telah mendapat perhatian khusus dimasa sahabat.
B. Definisi:
Secara etimologi mubham mempunyai arti tersembunyi
Secara terminologi mempunyai arti semua lafadz yang termaktub didalam Al-Qur’an tanpa menyebutkannya secara spesifik atau sesuatu yang tertentu, seperti nabi, wali , seorang hamba, raja, negara , pohon yang belum disebutkan namanya atau jumlah yang belum dijelasakan berapa jumlahnya, zaman yang belum tertera tahunya, tempat yang belum ditentukan .
C. Sebab- Sebab Mubham
Mubham dalam Al-Qur’an bermacam-macam tentunya, sebab-sebab mubham itu sendiri yaitu:
1. Penjelasan suatu ayat di surat yang berbeda.
Contoh :
أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ صِرَاطَ الَّذِينَ
(Al- Fatihah : 6)

Dijelaskan di surat An-Nisa 69:

مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً

2. Tidak disebutkan namanya disebabkan telah mashur.
Contoh :
(Al- Baqoroh: 35) وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
Tidak disebutkan hawa dalam ayat diatas dikarenakan tidak ada selainya.

3. Sengaja tidak disebutkan namanya untuk menjaga nama baiknya.
Contoh :
(Al-Baqoroh:204) وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Dia adalah Akhnas ibn syariq telah lama masuk islam dan dikenal baik dalam menjalankan keislamnya.
4. Tidak disebutkan karena tidak bermanfaat.
Contoh :
(Al-Baqoroh: 259) أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ

5. Sebagai peringatan untuk umum.
Contoh :
(An-Nisaa:100) وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِ مُهَاجِراً
6. Penghormatan dengan menyebutkan sifat-sifat yang baik tanpa menyebutkan namanya.
Contoh :
(Az-Zumar:33) وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ
Yang dimaksud dengan sidiq pada ayat diatas adalah seluruhnya.
7. Menyindir dengan sifat yang jelek.
Contoh :
(Al-Kautsar:3) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَر

D. Sumber mubham.

Untuk mengetahui mubham dibalik ayat tersebut dengan jalan Al-qur’an dan periwatan hadist saja melalui sahabat yang mengambil periwayatan dari nabi dan para tabi’in yang mengambil dari sahabat, imam Suyuti tidak memperkenankan ijtihad ro’yun didalamnya . Imam Suhaili dalam bukunya At-ta’rif wal I’lam bima ubhima fil Qur’an minal asmai wal a’alam memperinci bahwasanya mengetahui mubham yang melalui hadist rosulullah bisa melalui asbabu nuzul ayat .

Imam Zarkasyi memberi catatan dalam mubham, yaitu :

1. Dalam satu orang terdapat dua nama dan ditetapkan satu nama dari keduanya tersebut dengan maksud memunculkan orang tersebut, seperti nama nabi nuh, disebutkan dalam Alquran dengan nama tersebut agar mengingatkan banyaknya taffakur akan dirinya dalam keta’atan kepada rabbnya, sedangkan nama aslinya Abdul Ghoffar.
Contoh lain dalam Alqur’an adalah dalam surat Al Masad ayat 1:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
Disebutkan dari nama aslinya Abdul uzza ke nama julukanya yaitu Abu lahab dimaksudkan untuk menunjukkan kemashuranya atau untuk menunjukkan kejelekan namanya.

2. Disebutkan dalam Al-qur’an dalam bentuk sifat, sebagai peringatan bahwasanya Allah menginginkan orang tersebut, seperti di surat
Al – Qolam ayat 10-11 :
هَمَّازٍ مَّشَّاء بِنَمِيمٍ وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ
yang dimaksud ayat diatas ialah Akhnas bin Syariq.


3. Didalam Alquran tidak disebutkan nama perempuan kecuali hanya Maryam binti imron, disebutkan dalam 30 judul, diantara hikmah dari penyebutan nama maryam adalah sebagai penegasan bahwasanya nama tersebut menunjukkan kekuatan ketundukanya kepada Allah dan sebagai pelaksanaan kebiasan adat bangsa arab dalam menyebutkan nama ayahnya setelah nama asli, dalam hal ini Nabi Isa As tidak mempunyai bapak sehingga yang disebutkan adalah nama ibunya secara berulang agar dapat mempengaruhi dan menegaskan bahwasanya kelahiranya tanpa ayah seperti halnya penciptaan adam.

4. Sebaliknya penyebutan nama lelaki banyak terdapat dalam Alquran misalnya dalam surat Al-Mudasir ayat 11 :
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيداً
Dikatakan bahwasanya itu adalah Walid ibn mughiroh.



Imam zarkasyi dalam bukunya Al burhan fi ulumil quran menyatakan bahwasanya tidak dibahas atau diselidiki mubham , seperti tertera di surat
Al - Anfal ayat 6 :
دونهم لا تعلمونهم الله يعلمهم وآخرين من
Imam Zarkasyi mengatakan katanya mereka adalah jin dan atau quroidhoh, akan tetapi Imam Suyuti tidak setuju dengan hal tersebut yang dimaksud dalam ayat ini adalah bukan tidak diketahuinya jenis mereka akan tetapi yang tidak diperbolehkan adalah penetapan atas orang tersebut , seperti halnya surat At- Taubah ayat 101:

‏وممن حولكم من الأعراب منافقون ومن أهل المدينة مردوا على النفاق لا تعلمهم نحن نعلم
yang tidak boleh ditetapkan adalah siapakah orang-orang munafik tersebut.

E. Klasifikasi Mubham

Imam Suyuti mengklasifikasi mubham menjadi dua kelompok besar yaitu :

1. Ayat yang mempunyai arti mubham dari seorang laki-aki, perempuan, raja, jin, atau dua orang, sekumpulan yang diketahui semua nama mereka, atau seseorang, atau yang jika tidak dimaksudkan kepada umum.

Contohnya:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ
Rosul dalam surat Al Baqoroh ayat 129 diatas adalah nabi Muhammad saw.

وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Manusia yang dimaksud dalam surat Albaqoroh ayat 204 diatas adalah Akhnas Ibnu Sariq.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ
Dalam surat Al-baqoroh 132, mereka adalah Ismail, Ishaq, Madin, Zamroni, Sarah, Nafsyun, Nafsyan, Amim, Kisani, Surah, Luthoni, dan Nafas.

وَالأسْبَاطِ
Dalam ayat surat Al-baqoroh 136 diatas mereka adalah anak dari ya’qub yang berjumlah 12 mereka adalah : Yusuf, Rubail, Syam’un, Walawi, Yahuda, Dhani, Naftali, Jada, Asyiro, Yashju, Royalun, Benyamin.

الَّذِي حَآجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رِبِّهِ
Yang dimaksud ayat surat Al-baqoroh 258 yaitu Namrud ibn kan’an.

وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ
Wanita yang dimaksud surat Ali -Imron ayat 40 adalah Ashya Binti Faqun.

مَن يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
Yang menyeru kepada keadilan adalah Utsman bin Afwan, surat An-nahl ayat 40.

وَإِن تَظَاهَرَا
Surat At-tahrim ayat 4 adalah Aisyah dan Hafsah.


2. Ayat yang menunjukkan suatu sekumpulan jumlah akan tetapi hanya sebagian saja yang diketahui.
Contoh:

سْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
Mereka adalah Umar, Hamzah, Muadz , surat Al-Baqoroh 219.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى
Abdullah bin ruwahah, surat Al-Baqoroh ayat 220.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ
Diantaranya Muadz bin jabal dan Sa’labah bin Ghonam, Surat Al-Baqoroh189


F. Penutup

Alhamdulillah telah selesai makalah Ini ucapan syukur kepada sang Kholik atas izinya dapat menyajikan sekelumit pengetahuan dalam diskusi ini. Penulis sadar makalah ini begitu banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu diharapkan koreksian dalam forum ini agar kedepan dapat lebih baik lagi.


Referensi.

- Al-Itqan fi ulumil Qur’an, Imam Jalaluddin As-Suyuti, tahqiq : Hamid Ahmad Thohir Albasyuni, Darul Fajr li Turots, cet 1, 2006 M.
- Al-Burhan fi Ulumil Qur’an, Al- Imam Badruddin Muhammad ibn Abdullah Az-Zarkasyi, tahqiq : Abi Fadhl Ad-dimyati, Darul Hadist 2006 M.
- Al-Quran Al Karim
- Tafsir Mubhamat Alqur’an, Imam Abdullah Muhammad Ibn Ali Albanasi, tahqiq : Dr hanif Ibn Hasan Alqosimi, Darul Qorb Al Islami, Beirut lebanon 1991 M.
- Mufhamat Al Aqron fi Mubhamat Alqur’an, Imam Jalaluddin As-Suyuti.

Surat Yusuf, Surat Dengan Kisah Terbaik(1)


(Sebuah Uraian Singkat)
Oleh: M. Irja Nasrulloh Majid


Allah Swt. menurunkan al-Qur’an ke bumi, sebagai way of life bagi manusia. Al-Qur’an yang telah terjamin keotentikannya ini terhimpun atas surat-surat di dalamnya, yang berjumlah 114 surat. Ada juga yang berpendapat 113, dengan menjadikan surat Al-Anfal dan Al-Baro’ah menjadi satu.(2)
Dari sekian jumlah surat yang ada di dalam al-Qur’an, ada sebuah surat dengan kisah terbaik, yaitu surat Yusuf. Allah Swt. berfirman:
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Q.S. Yusuf: 3).

Menurut Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’dy di dalam kitab tafsirnya, bahwa surat Yusuf memiliki kisah terbaik, jika dilihat dari sisi kebenarannya, kehalusan ‘ibarat-nya, serta keindahan maknanya.(3) Para ulama, berbeda-beda pendapat dalam memberikan alasan tentang ahsanal qosos tersebut. Menurut sebagian ulama, kisah terbaik dan terindah tersebut disandarkan pada kisah nabi Yusuf As. yang terlalu baik kepada sudara-saudaranya, kesabarannya akan perilaku keji mereka, dan mau memaafkan mereka semua. Ada juga yang berpendapat, bahwa karena di dalamnya menceritakan para nabi, orang-orang saleh, malaikat, setan, jin, manusia, hewan, burung, raja-raja, pedagang, ulama, orang bodoh, laki-laki, perempuan dengan tipu daya dan makarnya. Juga di dalamnya menyebutkan tentang ketauhidan, fikih, rahasia, ta’bir ru’ya, politik, pergaulan, prosedur kehidupan, dan berbagai manfaat untuk kebaikan dunia dan akhirat. Ada juga yang berpendapat, surat Yusuf mengandung kisah terbaik, karena di dalamnya ada kisah percintaan dan misterinya.(4)
Penamaan surat Yusuf berhubungan dengan isi surat, yang menceritakan kisah nabi Yusuf As. dan saudara-saudaranya. Ia merupakan surat yang ke 12, secara urutan suratnya di dalam mushaf. Adapun secara urutan turunnya atau tartib nuzul, maka surat Yusuf merupakan surat yang ke 53.(5) Surat ini termasuk surat makkiyah, kecuali ayat 1, 2, 3, dan 7,(6) dengan jumlah ayat 111.
Surat Yusuf memiliki kandungan, di antaranya sebagai berikut:

1. Keimanan
Keimanan di sini yaitu mencakup keimanan kepada nabi Yusuf dan mukjizatnya. Nabi Yusuf telah dilebihkan Allah Swt. dalam beberapa hal, seperti kemahiran dalam mentakwil. Firman Allah Swt.,
“Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu(7) sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Yusuf: 6).

2. Tauhid
Surat Yusuf mengajarkan ketauhidan, yaitu keesaan Allah Swt. Dialah satu-satunya Tuhan, tiada sekutu baginya. Ajaran tauhid di dalam surat ini, tersirat di dalam ayat 39:
“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”

3. Akhlak
Selama bermu’amalah, nabi Yusuf As. dan ayahnya, Yaqub As., selalu memanggil dengan sapaan yang begitu halus dan lembut. Yusuf As. pasti memanggil ayahnya dengan sapaan “Ya abati” yang jika ditinjau dari segi balaghoh, akan tampaklah kandungan cinta dan kasih sayang di dalamnya. Begitu juga Ya’qub As. yang memanggil anaknya dengan sapaan “Ya Bunayya.” Dari sinilah, surat Yusuf telah mengajarkan tentang akhlak kepada kita semua.

4. Kisah Terbaik
Seperti sudah disinggung sebelumnya, bahwa kisah Yusuf As. adalah kisah terbaik yang mengandung makna begitu indah, serta terjamin kebenarannya. Selain itu, hal ini juga mengajarkan kepada kita semua akan kebenaran kisah yang ada di dalam al-Qur’an sekaligus membenarkan keotentikan al-Qur’an itu sendiri. Semua kisah yang ada di dalam al-Qur’an, bukanlah kisah fiksi belaka, namun turun dari Allah Swt., Sang Penguasa Jagad Raya.
Itulah beberapa kandungan yang ada di dalam surat Yusuf, tanpa menafikan kandungan-kandungan lainnya, yang belum diungkapkan di sini. Terakhir, untuk menutup sedikit uraian singkat ini, tidak berlebihan jika Yusuf As. merupakan suri tauladan bagi umat manusia, khususnya para pemuda. Secara khusus, Yusuf As. telah mengajarkan bagaimana seharusnya orang yang beriman, bisa mengendalikan nafsunya di hadapan lawan jenisnya. Manusia yang tangguh adalah manusia yang bisa mengendalikan nafsunya, bukan dikendalikan olehnya. Demikanlah, uraian singkat tentang surat Yusuf, sebagai surat dengan kisah terbaiknya sepanjang masa.



Catatan kaki:
1).Kajian singkat ini pernah disampaikan di Mudarosatul qur’an IMAPA, pada Kamis, 14 Oktober 2010.
2). Imam Suyuti, Al-Itqan, ditahkik oleh Ahmad bin Ali, Darul Hadits, Cairo, 2004, hal. 204.
3).Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’dy, Taisirul karimirrahman fi tafsiri kalamil mannan, Maktabah Baitussalam, Riyad, cet. I, 2010, hal. 403.
4).Imam Qurtubi, Tafsir Qurtubi, ditahkik oleh ‘Imad Zaky Albarudy dan Khoiry Sa’id, Maktabah Taufikiyyah, Cairo, tanpa cetakan dan tahun, hal. 98-99, Vol. 9-10.
5).Imam Suyuti, op. cit.,hal. 53.
6).Jalaluddin Muhamad bin Ahmad Al-Mahally dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Darul kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, tanpa cetakan dan tahun, hal. 297.
7).Dimaksud bapak disini kakek dan ayah dari kakek.

Sabtu, 25 Desember 2010

Jadwal Imtihan Kuliah Ushuluddin Al-Azhar Kairo Tingkat 1-4



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Gimana kabar teman2 semuanya? Senang rasanya AKTIF bisa kembali bersama Anda. Kali ini kami akan memberikan informasi jadwal imtihan Al-Azhar yang sebentar lagi menjemput kita. Tetap semangat!!! Berikut ini jadwalnya,























Terima Kasih, Wassalam Wr. Wb.
(Ir-Aktif)

Kamis, 23 Desember 2010

Edisi Spesial, Imtihan al-Azhar Term 1 (2010-2011)-Tahdidan Muqoror Untuk Jurusan Tafsir Tingkat 4



Assalam Wr. Wb.
Inilah Tahdidan Untuk Tafsir Tingkat 4, Ushuluddin, Al-Azhar-Kairo:
1. Mutasyabih al-Qur'an: Semua Muqoror.
2. Hadits Maudhu'i
-Kitab 1 (Warna Putih):
*Hadits 1-9 Muqoror,
*Hadits 12 Muqoror.
*Utuk Hadits Jihad:Hadits 1 dan 5 Muqoror.
*Dirosah Maudhuiyyah Li al-Jihad: Muqoror.
-Untuk kitab 2 (warna merah):Hal.12-16 Muqoror,Hal.103-109 Muqoror, yang lain mahdzuf.
3.Dakhil fi at-Tafsir:
Hal.1-171 Muqoror, akan tetapi ingat dari hal. 117-124 qiroah
Hal. 171 -263 qiroah.
Hal. 263 -322 Muqoror. dan sisanya mahdhuf.
4. Dakwah.
Pernah duktur mengatakan bahwa semuanya muqoror, akan tetapi ada info terbaru bahwa tahdidannya sebagai berikut,
Kitab Pertama: Hal.1-50 qiroah dan sisanya muqoror.
Kitab Kedua: Fashlul awal muqoror, al-fashlu 2 fi mabhats 2 Muqoror
Catatan dari duktur muqoror.
5. Tauhid.
-Hal.1-80 Muqoror
-Hal.119-130 Muqoror
-Al-Iman wal Islam Muqoror.
-Hal.187-203 Muqoror.
-Hal.203-209 Qiroah.
-Hal.209-216 Muqoror.
-Hal.216-225 Qiroah.
-Hal. 225-Adillatus Syi'ah Muqoror
-Fadhlu as- Sohabah Muqoror.
-Fashlu Tsalits: Murtakibul kabiroh semua muqoror.

Inilah tahdid/muqoror yang kita dapat,semoga bermanfaat. Jika ada kritik, saran, atau unek-unek, juga info tahdid terbaru, silahkan sharing di sini. Terima kasih. Keep Spirit, Ma'an najah. Wassalam Wr. Wb.
(Ir-Aktif).




Teka-Teki Dhamir (Ulumul Qur'an)


Oleh : Wahyudi

Undang-Undang Dasar Dhamir
1. Dasar hukum peletakan dhamir adalah untuk meringkas, Misalnya dhamir هم dalam potongan ayat (أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً) menggantikan 25 kata, karena itu dilarang memakai dhamir munfashil kecuali jika tidak memungkinkan memakai dhamir muttashil, seperti di 2 tempat :
a) Ibtida' ( (إياك نعبدb) setelah إلا ( ألا تعبد إلا إياه )

2. Hukum asal tempat kembali dhamir adalah sesuatu yang disebutkan dan terdekat dengannya.
3. Hukum asal bagi dhamir yang disebutkan berkali-kali adalah satu tempat kembali, (أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ)
4. Macam-macam tempat kembali dhamir selain hukum asal diatas:
a) Tertulis sebelumnya
b) Tertulis setelahnya baik secara langsung ( setelah dhamir As-Sya'n, Qishah, نعم , بئس ) atau tidak langsung, seperti
(فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى)

c) Petunjuk redaksi kalimat, seperti (فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ) (كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ) kata kerongkongan (الْحُلْقُوم dan التَّرَاقِي) menunjukkan kaitannya dengan ruh atau jiwa.

d) Pemahaman Pendengar, (كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ) (مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ)
e) Lafadh tanpa makna, (وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ) dhamir ه kembali ke معمر
f) Makna sebuah lafadh, (فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ) dhamir mutsanna kembali kepada al-kalalah karena kata al-kalalah bisa dipakai untuk satu, dua atau banyak orang seperti dhamir jama' yang kembali kepada kata من.

g) Salah satu yang disebutkan sebelumnya, dan seringkali adalah sesuatu yang kedua, (وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ).
h) 2 dhamir kembali kepada satu benda, (يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ)
i) Jenis sesuatu, (إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا)
j) Selain sesuatu yang disebutkan sebelumnya,
(وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً )
k) Sesuatu yang belum ada, (وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ)
l) Mudhaf, ini adalah hukum asal karena mudhaf lah yang menjadi pembicaraan, (وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا), dan terkadang kembali ke mudhaf ilaih, (إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا)
m) Konteks yang terkait dengannya, (إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا) dhamir ه kembali kepada hari sebagai konteks pagi yang merupakan bagian dari hari bukan bagian dari sore.

5. Tempat kembali dhamir fashl seperti هو هم هي dan seterusnya adalah sesuatu yang disebut sebelumnya, ((وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
6. Dilarang sebuah dhamir dianggap sebagai dhamir sya'n kecuali jika tidak memungkinkan dimaknai selain itu.
7. Muannats berakal dan jama' maka seringkali dhamirnya juga jama',
(وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ).
Sedangkan Muannats yang tidak berakal maka seringkali dhamirnya ditentukan oleh kadar banyak tidaknya jama' muannats tersebut, Jika jamaknya banyak maka dhamirnya mufrad dan jika jamaknya sedikit maka dhamirnya jamak,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا > مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُم > فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ
8. Jika ada beberapa dhamir yang berkumpul dalam satu kalimat dan keduanya mempunyai dua kemungkinan, yaitu kembali kepada lafadh atau makna maka tempat kembali dhamir yang pertama adalah lafadh,
إِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِم وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ

- Hanya ada satu ayat dalam Al-Qur'an yang tempat kembali dhamir pertama adalah makna, yaitu
وَقَالُوا مَا فِي بُطُونِ هَذِهِ الْأَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا

- Jika tempat kembali dhamir yang pertama adalah lafadh maka dhamir setelahnya dibolehkan kembali ke makna, tetapi jika tempat kembali dhamir yang pertama adalah makna maka dhamir setelahnya dilarang kembali ke lafadh…….

Syubhat


Jawaban Syubhat :
1. Tiga jawaban :
) bisa dipakai jama' مثل a) Kata (
>>b) Kata (الذي) adalah ism maushul yang mirip dengan من yang mufrad secara lafadh dan jama' secara makna.
c) Dhamir jama' kembali ke munafiqin bukan kembali kepada orang yang menyalakan api, sebuah perpindahan dari permitsalan kepada hakikat.

2. Kaedah balaghiyah : intiqal/ iltifat : mubalaghah
- dari mukhatab ke ghaib menunjukkan kemurkaan dan penjauhan.
- dari ghaib ke mukhatab menunjukkan keridhoan dan pendekatan.


3. ( Kamal al-Lughah al-Qur'aniyah )
Ayat I : Penyebutan susu menunjukkan bahwa hanya sebagian binatang ternak yang dimaksud oleh ayat tersebut, jadi dhamir mudzakkar kembali kepada kata sebagian (بعض ).
Ayat II : dimaksudkan semua binatang ternak dengan petunjuk kata "manfaat-manfaat".

( Adhwa' al-Bayan )
>>Kaedah : semua ism al-Jins dibolehkan memakai dhamir mudzakar dari segi lafadz dan muanats dari segi makna

Referensi
1. Al-Itqan, As-Suyuthi, tahqiq : Ahmad bin Ali, Darul Hadits, 2006 M, Kairo.
2. Kamal al-Lughah al-Qur'aniyah, DR. M.Muhamad Daud, Darul Manar, Kairo.
3. Adhwa' al-Bayan, As-Syinqithi, Dar Alam al-Fawaid.
4. Kasyaf, Zamakhsari, Maktabah al-Ubaikan, Cet.I, 1998 M, Riyadh.
5. I'rab al-Qur'an, Muhyidin ad-Darusyi, al-Yamamah & Dar Ibn al-Katsir, Cet.I, 1999 M, Beirut.