irja

Senin, 16 Mei 2011

Sekilas Tentang Mega Proyek Orientalis; Al-Qur’an


Oleh: Hendar Ali Irawan

Era globalisasi ideologi jahiliyah modern yang bernama Liberalisme Sekuler yang didukung dengan kekuatan militer internasional, ditumbuhkembangkan oleh berbagai media massa internasional baik elektronik maupun cetak yang disutradarai oleh Yahudi dan dimainkan oleh Amerika ingin menghancurkan kemegahan bangunan aqidah umat Islam dan memadamkan cahaya syariahnya. Akan tetapi dengan kekuasaan Sang Pencipta jagad raya,kemurnian Islam masih terjaga melalui hamba-hambaNya yang memiliki keyakinan,kesabaran serta pengorbanan untuk tegaknya Islam dan nilai-nilai di seluruh aspek kehidupan manusia.
Setelah keputusasaan musuh Islam untuk memalsukan lafadh-lafadh Al-Qur'an, sekarang mereka mencoba merusak Al Qur'an dari segi maknanya, cara ini cukup banyak memakan korban bahkan dari kalangan terpelajar yang menjadikan parameter kemajuan adalah barat,yang lebih parah lagi konsep musuh dalam memaknai Al Qur'an (baca: hermeneutika) dijadikan kurikulum universitas di negri kita yang berlebel islam, wal iyadzu billah. Kalau kita flashback sejarah setelah keruntuhan daulah Abasiyyah, perjalanan Islam dan kaum Muslimin ternyata tidak mulus, banyak sekali halangan rintangan dalam menyebarkan ajaran Islam yang integral dan konprehensif. Ajaran Islam sejak runtuhnya masa daulah abasiyyah, yang paling santer adalah adanya syubhat terhadap al-Qur’an dari berbagai sisinya. Dalam artikel yang sangat singkat ini, penulis ingin mencoba mengemukakan sejarah orientalis atas penyerangan terhadap kitab suci al-Qur’an yang sebagai pegangan hidup kita semua.

Definisi orientalis
Sebelum membahas lebih jauh tentang sejarah dekontruksi al-Qur’an oleh orientaslis, penulis akan menjelaskan dulu tentang definisi orientalis. Secara garis besar Orientalis adalah pelajaran (baca;studi) khusus tentang ketimuran baik dari segi ilmu pengetahuan umum maupun agama, ilmu social masyarakat, seni, budaya sampai adat istiadat.Disamping itu orientalis juga sangat piawai dalam menguasai bahasa timur (dibaca: arab).
Sejarah awal munculnya orientalis
Walaupun sangat susah untuk melacak awal secara tepat, mulanya kemunculan orientalis dalam menghancurkan ajaran Islam. Akan tetapi Dr. Musytaq Basyir Ghozali dalam kitabnya Al-Qur’anul karim fiddirosat al-musytasyrikin memberikan wawasan baru mengenai awal munculnya orientalis. Beliau menjelaskan bahwa awal kemunculan hujatan orientalis itu setalah berakhirnya perang salib yang dimotori oleh pemimpin Kristen (baca; rijaluddin masihi). Beliau menjelaskan lebih jauh bahwaannya pada abad ke-12 masehi banyak muncul kitab-kitab yang menghujat ajaran Islam dan yang sangat terkenal dari pengarang kitab-kitab tersebut ialan seorang pendeta yang dari kalangan kristiani. Pada masa itu Peter Venerable banyak mengarang buku yang menghujat Islam, yang menjadi serangan utama dalam aksi Peter ini tidak lain adalah kitab suci kita semua al-Qur’an. Dr. Musytaq menguatkan pendapatnya itu dengan bukti-bukti yang banyak diantaranya: Dengan pertama karya-karya orientalis yang sampai kepada tangan kaum muslimin, beliau mendetiksi bahwa menyebarnya karya-karya tersebut setelah tragedi berdarah perang salib. Disamping itu beliau juga memberikan bukti bahwasannya kaum kristiani banyak menimba ilmu dari ulama-ulama dan kaum muslimin sekitar abad ke-8 masehi setelah perang salib.
Dari dua bukti ini, Dr. Musytaq menegaskan bahwa kemunculan orientalis yang menghujam ajaran islam terkhusus al-Qur’an muncul setelah perang salib. Pada masa itu, selain menghina ajaran Islam mereka juga menghina nabi Muhammad Saw. Dari masa inilah menurut proyek rekontruksi al-Qur’an mulai di dengungkan. Diantara proyek rekontruksi ini, diantaranya: terjemah al-Qur’an dan sejarah al-Qur’an.

Terjemah Al-Qur’an
Terjemah al-Qur’an, sejak terjadinya gesekan antara barat dan dunia Islam sebenarnya dunia mengakui bahwasannya al-Qur’an memiliki power di hadapan kaum Muslimin dan mengetahui betapa pentingnya al-Qur’an dalam menjalani hidup kaum Muslimin. Berangkat dari pengetahuan ini mereka ingin merusak keorsinilan al-Qur’an, tapi apalah daya walaupun ada niat yang kuat tapi tidak memiliki keahlian yang hebat, maka agenda itu tidak akan berjalan lancar. Dalam hal ini mereka para orientalis tidak mampu berbahasa arab dengan baik akhirnya rencana itu tertunda. Sampai akhirnya, datang seorang pendeta yang bernama Peter Venerable dan teologis Perancis yang bernama Dirkloni pada tahun 1122 masehi, dari sinilah awal mula proyek terjemahan al-Qur’an dimulai. Kemudian pada tahun 1141 masehi Peter melaksanakan safari ke Spanyol untuk mengamati para arabist katolik yang banyak menggunakan bahasa arab. Dari sejak itulah Peter memiliki gagasan, bahwasannya dengan menterjemahkan al-Qur’an ke bahasa latin bisa menjalankan ide utamanya yaitu merusak al-Qur’an. Setelah itu, Peter langsung menuju ke sebuah lembaga penerjemah di Toledo (salah satu kota di Spanyol sebelah selatan kota Madrid) yang diidrikan oleh Raymon seorang uskup di kota itu. Atas arahan dari Peter, maka Raymon membebankan tugas ini kepada anak buahnya yaitu, Hermann de Dalmatie dan Robert Kennet seorang pendeta Inggris serta dibantu oleh seorang Muslim asli arab yang bernama Muhammad. Muhammad ini dijadikan oleh mereka sebagai rujukan dalam menterjemahlan teks asli al-Qur’an. Proyek yang perdana ini dengan menggunakan bahasa Spanyol dengan tidak menterjemahkan seluruh ayat al-Qur’an.
Menurut Abu Abdullah Alzanjani, boleh dikatakan bahwa awal mula terjemah al-Qur’an secara garis besar pada tahun 1132 masehi. Setelah proyek terjemah selesai uskup katolik melarang untuk menyebarkan terjemah al-Qur’an. Mereka khawatir orang-orang kristiani mengetahui dan mempelajari al-Qur’an walaupun terjemah tersebut tidak rinci perkata dalam Al-Qur’an. Sampai akhirnya terjemah al-Qur’an oleh orientalis yang pertama dinamakan terjemah Dirkloni yang dilarang oleh pendeta untuk mencetaknya. Walaupun pada awalnya tidak dibolehkan untuk mencetak akan tetapi terjemah itu disebarkan selama 4 abad setelah selesai proyek terjemah. Awal mula disebarkan terjemah Dirkloni pada tahun 1543 masehi setelah ditemukannya cetakan Bibliander di kota Basel Swiss. Setelah itu penyebarannya semakin luas, barulah muncul terjemah-terjemah al-Qur’an dengan bahasa berbagai bahasa di Eropa. Pada abad 17-18 masehi muncul terjemah al-Qur’an ke berbagai bahasa di barat seperti bahasa Latin, Perancis dan Inggris. Adapun terjemah dengan bahasa latin yang terkenal diantaranya terjemah Ludovico Maracci yang disebarkan di Padua pada tahun 1698 masehi. Keutamaan terjemah Maracci ini merupakan terjemah yang pertama di Eropa yang dalam proses terjemahnya itu merujuk kepada teks asli bahasa Arab. Selain itu, terjemah Maracci juga dibumbui dengan penjelasan tafsirnya yang merujuk kepada teks Arab secara langsung walauoun tidak secara terperinci.
Selain terjemah Marracci masih banyak terjemah al-Qur’an yang berasal dari Eropa yang menggunakan bahasa bermacam-macam diantaranya yang terkenal adalah terjemah George Sale, terjemah al-Qur’an dengan bahasa Inggris yang menyebar sampai sekarang. Awal mula terjemah George ini pada tahun 1743 masehi, sebagaimana yang tercatat oleh Dr. Musytaq, terjemah George itu sampai dicetak sebanyak 26 kali. Dengan menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami dan ditambah penjelasan tafsir dari makna ayat sehingga terjemah tersebut banyak diminati oleh kaum pelajar dan orang barat yang ingin mempelajari Islam. Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar